METODE PENGUKURAN DALAM ASTRONOMI (BAGIAN 1)






1.  
         
    SISTEM MAGNITUDO

Magnitudo semu atau Magnitudo tampak (m) dari suatu bintangplanet atau benda langit lainnya adalah pengukuran dari kecerahan atau kecemerlangan yang tampak; yaitu banyaknya cahaya yang diterima dari objek itu. Istilah magnitudo sebagai skala kecerahan bintang muncul lebih dari 2000 tahun yang lampau.
Hipparchus, seorang astronom Yunani, membagi bintang-bintang yang dapat dilihat dengan mata telanjang ke dalam 6 kelas kecerlangan. Ia membuat sebuah katalog yang berisi daftar lebih dari 1000 bintang dan mengurutkan berdasarkan “magnitudo”-nya dari satu hingga enam, dari yang paling cerlang hingga yang paling redup.
Sistem tersebut kemudian semakin berkembang setelah Galileo dengan teleskopnya menemukan bahwa ternyata terdapat lebih banyak bintang lagi yang lebih redup daripada yang bermagnitudo 6. Skalanya pun berubah hingga muncul magnitudo 7, 8 dan seterusnya. Namun penilaian kecerlangan bintang ini belumlah dilakukan secara kuantitatif. Semuanya hanya berdasarkan penilaian visual dengan mata telanjang saja.
Pada tahun 180-anClaudius Ptolemaeus memperluas pekerjaan Hipparchus, dan sejak saat itu sistem magnitudo menjadi bagian dari tradisi astronomi. Pada 1856Norman Robert Pogson meng-konfirmasi penemuan terdahulu John Herschel bahwa bintang bermagnitudo 1 menghasilkan kira-kira 100 kali fluks cahaya daripada bintang bermagnitudo 6. Jadi, bintang dengan magnitudo 1 lebih terang 100 kali daripada bintang dengan magnitudo 6, dan lebih terang 10000 kali daripada bintang bermagnitudo 11, begitu seterusnya. Dengan rumusan Pogson ini, perhitungan magnitudo bintang pun menjadi lebih teliti dan lebih dapat dipercaya.

















Perbandingan magnitudo semu bintang dapat menggunakan rumus-rumus berikut:


dengan :
m1 : magnitudo (semu) bintang 1
m2 : magnitudo (semu) bintang 2
E1 : Fluks pancaran yang diterima pengamat dari bintang 1
E2 : Fluks pancaran yang diterima pengamat dari bintang 2



CONTOH :
1. Jika magnitudo semu bintang B 1.000 kali lebih besar daripada bintang A, tentukanlah
beda magnitudo kedua bintang !

Penyelesaian : mA – mB = -2,5 log (EA/EB)
 mA – mB = -2,5 log (0,001)
 mA – mB = -2,5 (-3)
 mA – mB = 7,5 magnitudo

TABEL MAGNITUDO SEMU (m)
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
0.0064
0,16
0,4
1
2,5
6,3
16
40
100
250
630
1600
4000
104
25000




MAGNITUDO MUTLAK

Magnitudo mutlak (M) adalah perbandingan nilai terang bintang yang sesungguhnya. Seperti yang Anda ketahui, jarak antara bintang yang satu dan bintang yang lain dengan Bumi tidaklah sama. Akibatnya, bintang terang sekalipun akan nampak redup bila jaraknya sangat jauh. Oleh karena itu, dibuatlah perhitungan magnitudo mutlak, yaitu tingkat kecerlangan bintang apabila bintang itu diletakkan hingga berjarak 10 parsec dari Bumi.
Perhitungan jarak bintang, magnitudo semu dan magnitudo mutlak (absolut) adalah:














Jadi, magnitudo semu (m) dan magnitudo absolut (M) sebuah bintang dengan jarak (d) dalam parsec dapat dihubungkan oleh persamaan



Jika magnitudo absolut dan magnitudo semunya diketahui, jaraknya dapat dihitung. Kuantitas    m – M dikenal sebagai modulus jarak. Adapun hubungan antara magnitudo mutlak dan luminositas (daya) bintang, L dapat diterapkan berdasarkan rumus Pogson



CONTOH :

1. Diketahui m = 10, M = 5,hitung jaraknya !






2. Diketahui m = -2, jarak = 6,3 parsek,tentukan M-nya!

     












3. Magnitudo semu Sirius -1,46 dan magnitude absolutnya +1,42. Tentukan berapa tahun   
    cahaya jarak Sirius ke Bumi!

    






4. Diketahui m = -26,73;  M  = 4,74, tentukan jarak dari Bumi ke Matahari !
    






Simaklah pembahasan berikut agar sobat sekalian makin paham dengan materi magnitudo