WAKTU DAN KALENDER
KONSEP WAKTU
Apakah yang dimaksud dengan waktu itu?. Waktu dalam konsep kalender atau penanggalan dapat didefinisikan sebagai selang lamanya dua kejadian berlangsung dibandingkan terhadap satuan-satuan waktu yang telah disepakati secara universal.
Zona waktu merupakan selisih suatu bujur mengalami tengah hari dibandingkan dengan bujur Grenwich Waktu secara mutlak (kosmos) setidaknya dapat kita jabarkan sebagai arus konstan yang ditempuh oleh ruang dalam perubahan atau proses-proses penuaan, dengan demikian, untuk sementara dapat kita katakan waktu kosmos tak dapat berbalik, diperlambat, maupun dipercepat.
Nah, karena konsep waktu dalam kalender itu bergantung terhadap kerangka dan diukur hanya berdasarkan perbandingan terhadap satuan waktu, maka dua selang waktu kosmos yang benar-benar sama dapat terukur berbeda oleh dua pengamat pada kerangka berbeda.
SATUAN WAKTU
Satuan waktu merupakan dasar dari penentuan selang waktu. Tentunya agar perhitungan menjadi mudah, satuan-satuan waktu ini didasarkan pada perhitungan peristiwa-peristiwa kosmik yang sering terjadi yakni, rotasi dan revolusi Bumi dan Bulan.
Rotasi Bumi
Kita telah tahu bahwa bergesernya posisi bintang tiap menitnya merupakan akibat dari rotasi Bumi. Jika kita mau mengukur periode dari suatu bintang berada di zenit sampai kembali ke zenit lagi, maka akan didapatkan periodenya sekitar 23 jam 56 menit 4,1 detik atau disebut satu hari bintang (sideral time).
Pergerakan semu bintang-bintang ini dari timur ke barat, sehingga berdasarkan arah rotasi relatif, maka gerak rotasi Bumi pastilah dari barat ke timur (direct). Namun jika yang kita amati adalah Matahari, maka periode semu harian Matahari bukanlah 23 jam 56 menit 4,1 detik, melainkan 24 jam. Perbedaan ini diakibatkan periode sinodis antara rotasi Bumi dan revolusi Bumi terhadap Matahari yang searah, sehingga periode semu harian Matahari menjadi lebih lambat sekitar 4 menit. Periode ini disebut satu hari Surya.
Sebenarnya panjang satu hari Surya ini tidak sama dari hari ke hari akibat orbit Bumi yang elips, sehingga satu hari Surya lebih singkat saat Bumi di perihelium (22 Desember) dibanding saat Bumi di aphelium (21 Juni). Rata-rata panjang hari Surya dalam satu tahun disebut waktu surya rerata.
dari dua macam periode harian ini didapatkan dua definisi hari yakni.
Satu hari bintang (sideral day) = 23h56m04s,0905 mean second
Satu hari Surya rerata (mean solar day) = 24h00m00s mean second
Satu mean second didefinisikan sebagai satu hari surya rerata dibagi 3600, sedangkan satu sideral second didefinisikan sebagai satu hari bintang dibagi 3600, sehingga satu sideral second = 0,997269565972 mean second. Perhitungan waktu astronomis menggunakan standar waktu mean second, dan jika satu hari surya rerata dinyatakan dalam sideral second didapatkan
Revolusi Bumi
Bumi bergerak mengelilingi Matahari, sehingga posisi Matahari cenderung tetap dari hari ke hari, sedangkan posisi bintang berubah hampir satu derajat per hari. Kita telah sepakat bahwa periode rotasi Bumi sama dengan satu hari Surya rerata sama dengan 24 sideral hour. Sehingga dengan membandingkan periode revolusi Bumi dengan periode rotasinya, maka satu kali periode gerak tahunan bintang dinamakan satu tahun bintang (sideral year) yang sama dengan 365 hari 6 jam 9 menit 10 detik mean second.
Perhitungan satu tahun dalam kalender tidak mengikuti periode semu tahunan bintang, melainkan periode semu tahunan Matahari, yaitu periode Matahari dari titik Aries kembali ke titik Aries. Pada tata koordinat kita telah mengetahui titik Aries bergerak retrograde akibat presesi orbit Bumi sebesar 50",2 per tahun .
Sehingga satu tahun menurut sistem ini sama dengan 365 hari 5 jam 48 menit
46 detik mean second.
Perhitungan berdasarkan gerak Matahari dari titik Aries ke titik Aries ini disebut tahun tropik yang kemudian dijadikan patokan kalender Surya modern (Syamsiah, Solar calender) Contoh dari kelender Surya adalah kalender Masehi.
KALENDER SURYA (JULIAN DAN GREGORIAN)
Telah diketahui penentuan kalender Masehi didasarkan pada tahun tropik. Kalender Masehi Sebelumnya, yaitu kalender Julian, panjang tahun dihitung 365,25 hari, sehingga panjang hari dalam satu tahun adalah 365 hari dan dalam empat tahun ada tahun dengan jumlah hari 366 (penambahan 1 hari pada bulan Februari), tahun ini disebut tahun kabisat, yang disepakati terjadi tiap tahun yang habis dibagi empat. Namun, karena siklus tahun tropik tidak tepat 365,25 hari melainkan 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik, maka terdapat ketidak cocokan sebesar
1 tahun Julian = 365 hari 6 jam
1 tahun tropik = 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik
___________________________________________________
Selisih dalam 1 tahun = 11 menit 14 detik
Jadi selisih dalam 100 tahun adalah 1.100 menit 1.400 detik atau 18 jam 43 menit dan dalam 128 tahun selisih itu menjadi 23,96 jam atau mendekati 1 hari. Akibat kesalahan satu hari itu, penanggalan menjadi tidak sesuai lagi dangan tanggal takwim.
Usaha perbaikan yang pernah dilakukan ialah sebagai berikut:
1. Pada tahun 625 M Concili di Nicea mengadakan perbaikan 3 hari, angka itu diperoleh
berdasarkan perhitungan dari 46 SM sampai 325 M lamanya 371 tahun, yaitu dari
371/128 = 2,8 atau hampir 3 hari.
2. Pada tahun 1582 M dilakukan perbaikan lagi oleh Paus Gregorius XIII sebanyak 10 hari.
Pada tanggal 4 Oktober 1582 diumumkan, bahwa besok bukan tanggal 5, melainkan
tanggal 15 Oktober. Sepuluh hari itu berasal dari (1582 – 325)/128 = 9,8 hari.
Sejak tahun 1582 berlakulah tarikh baru yaitu tarikh Gregorian. Karena tiap 128 tahun terdapat kelebihan 1 hari, maka tiap 400 tahun terdapat kelebihan sekitar 3 hari. Jadi tiap empat abad harus ada tiga hari yang dihilangkan, dan hari-hari itu adalah tanggal 29 Februari pada tahun abad yang tidak habis dibagi 400. Misalkan tahun abad 1700, 1800, 1900, dan 2000, maka yang jumlah harinya 366 hanyalah tahun 2000. Tahun 1700, 1800 dan 1900 bukan merupakan tahun kabisat meskipun habis dibagi 4, namun tidak habis dibagi 400. Adapun tahun-tahun yang bukan tahun abad tetap mengikuti ketentuan kalender Julian.
KALENDER BULAN
Selain penentuan berdasarkan Matahari, kalender dapat pula didasarkan pada pergerakan Bulan. Kalender/tarikh ini dinamakan kalender Bulan (Lunar calendar), contohnya kalender Hijriyah, Imlek dan Saka. Jika kalender Surya menghitung satu bulan dengan membagi tahun menjadi dua belas, maka sebaliknya kalender Bulan menentukan panjang tahun dengan menjumlah dua belas bulan (bulan dengan huruf awal kecil = month). Jadi kalender Bulan lebih berpatokan pada panjang bulan, tidak seperti kalender Surya yang lebih berpatokan pada panjang tahun.
Satu bulan pada kalender Bulan sama dengan satu bulan sinodis, lamanya 29,5 hari, tepatnya 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik. Satu tahun Kamariyah lamanya 12 x 29,5 hari = 354 hari. Banyaknya hari dalam satu tahun pada Tarikh Kamariyah berganti-ganti 29 hari dan 30 hari.
Pada Tarikh Kamariyah dilakukan pembulatan panjang tahun biasa, yaitu tidak memperhitungkan waktu di bawah satu jam. Akibatnya dalam sebulan terbuang 44 menit 3 detik dari satu bulan Kamariyah. Jadi dalam setahun akan terbuang 8 jam 48 menit 36 detik atau dalam 30 tahun Kamariyah terbuang waktu 10 hari 22 jam 38 menit atau hampir 11 hari.
Untuk mencocokkan tarikh Kamariyah maka dilakukan penambahan 11 hari selama 30 tahun, sehingga dalam tiga puluh tahun terdapat 11 tahun kabisat yang panjangnya 355 hari. Urutan kesebelas tahun itu ditetapkan sebagai berikut. Pada tahun ke 31 kembali lagi ke 1 dan seterusnya.
note : Tahun kabisat (dengan tanda asterisk) dalam kalender Kamariyah.
ZONA WAKTU
Perputaran Bumi pada porosnya mengakibatkan peristiwa siang dan malam, dan tentunya jika suatu daerah mengalami siang, maka daerah lain mengalami malam. Karena rotasi Bumi adalah 24 jam, maka di Bumi ini terdapat 24 daerah waktu.
Standar daerah waktu di Bumi ialah bujur yang melalui kota Greenwich, Inggris, yang ditetapkan sebagai bujur (longitude) 0°. Karena keliling Bumi 360°, maka tiap selisih 15° terjadi selisih waktu 1 jam. Perbedaan waktu antara suatu daerah terhadap Greenwich dinyatakan dalam selisihnya dengan Greenwich Mean Time atau GMT, misalkan zona waktu Makassar adalah WITA tidak lain adalah GMT+8.
Zona waktu GMT+8 berpatokan pada bujur 8 x 15 = 120° BT. Jadi dari bujur 112,5 BT sampai dengan 127,5 BT merupakan zona waktu GMT+8. Namun rumus ini hanya dapat digunakan secara teori, karena secara hukum, garis-garis waktu dapat saja dibelokkan dengan alasan-alasan tertentu, misalkan agar suatu negara memiliki zona waktu sesedikit mungkin.
Meskipun dalam berbagai kebutuhan praktis metode zona waktu seperti ini sudah cukup baik, namun dalam beberapa urusan zona waktu ini tidak teliti. Misalkan kota A pada bujur 112,5 BT , kota B pada bujur 120 BT dan kota C pada bujur 127,5 BT yang keduanya terletak di dekat ekuator, zona waktu keduanya adalah GMT+8. Bagi pengamat di kota B, Matahari terbit tepat pukul 06.00 waktu lokal sedangkan bagi pengamat di kota A Matahari baru akan terbit pukul 06.30 waktu lokal dan kota C Matahari telah terbit setengah jam yang lalu pada pukul 05.30 waktu lokal. Dapat dilihat juga bahwa kota A dan kota C yang sebenarnya memiliki selisih waktu satu jam ternyata memiliki zona waktu yang sama. Karena alasan ini, penentuan waktu shalat harus ditentukan berdasarkan bujurnya agar lebih teliti.
GARIS PENANGGALAN INTERNASIONAL
Garis penanggalan Internasional terletak di bujur 180° atau GMT+12. Walaupun kedengarannya aneh, sebelah barat garis ini merupakan daerah timur dan sebelah timur garis ini merupakan daerah barat. Jadi jika di sebelah barat garis ini bertanggal 26 Januari 1991, maka di sebelah timur garis ini bertanggal 25 Januari 1991. Selang beda tanggal ini diukur dari zona waktu yang mengalami waktu lokal 00.00 ke timur hingga garis tanggal internasional memiliki tanggal yang sama dan satu hari lebih maju dibanding daerah dari garis tanggal internasional ke timur sampai zona waktu yang mengalami waktu lokal 00.00. Misalkan kota A (GMT+2) saat ini pukul 23.00 dan kota B(GMT+4) saat ini pukul 01.00. Meskipun waktunya hanya berselang dua jam, namun tanggalnya berselang satu hari. Agak berbeda dengan garis tanggal internasional, pada garis tanggal internasional, pada jam berapa saja, misalkan pada daerah GMT+11 saat ini pukul 13.00 tanggal 21 Maret 2010, maka pada daerah GMT-11 mengalami pukul 15.00 bukan pada tanggal 21 Maret, melainkan 20 Maret 2010. Jadi, waktunya berselang 2 jam dan tanggalnya berselang satu hari. Jika Anda berdiri tepat di atas garis penanggalan internasional maka saat itu pukul 14.00 waktu setempat tanggal 20 Maret dan 21 Maret bersamaan.
Simaklah Video Berikut untuk menambah wawasan sobat sekalian.
1 Komentar
Apakah kita bisa kembali ke masa lalu untuk bertemu dengan dia?
BalasHapus